Senin, 17 April 2017

TUGAS WIRO YIKWA


q



TUGAS MAKALAH
 GARAM DAN TERANG DUNIA





                             
 









DISUSUN OLEH:
                                       NAMA         : JITEMULI WAKUR
                                      NIM             :  2016420056
JURUSAN    : TEKNIK  INFORMATIKA SI
UNIVERSITAS DR. SOETOMO SURABAYA
2016
Daftar isi
Kata Pengantar ......................................................................

..................................    1
Daftar Isi..................................................................................................................    2
BAB I  : PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah...................................................................................    3
1.2  Rumusan Masalah.............................................................................................    3
1.3  Tujuan Penulisan...............................................................................................    3
1.4  Manfaat Penulisan.............................................................................................    3
BAB  II  : LANDASAN TEORI
 2.1 Apa Itu Serupa Dan Segambar Dengan Allah………..……………………….....6
 2.2 Sasaran Allah Bagi Kehidupan Kita…………………..…………………………9
 2.3 Roh Kudu Yang Bekerja Dalam Diri Kita……………..………………………..10
 2.4 Tanggung Jawab Orang Kristen………………………...……….........................11
 2.5 Menjadi Seperti Suatu Kristus Dalam Pertumbuhan Yang Lama………….…….11
2.1           Landasan teori  …………………………………………………….………5
BAB III  :  HASIL DISKUSI
 3.1 Pengertian Etika dan Etika Kristen........................................................... ……     6
 3.2  Garam dan Terang Dunia.................................................................................      6
 3.3  Etika Kristen sebagai Garam dan Terang Dunia………………….……….....      9
BAB IV TERANG TERUS TERUS TERANG
4.1 Apa Itu Terang……………………………………………………………...........23
 4.2 Bagaimna Respon Cahaya Itu …………………………………………………..24
 4.3 Kudus Kristus …………………………………………………………….……..25

BAB V: PENUTUP
4.1       Kesimpulan..................................................................................................    13


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa,berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah yang kami beri judul “ GARAM dan TERANG DUNIA”.
Mata kuliah Agama Kristen  ini adalah mata kuliah yang wajib di tempuh di   Universitas Dr.soetomo surabaya. Makalah ini kami susun sebagai tugas mata kuliah.
Kami sebagai penulis menyadari bahwa karya tulis kami tidaklah sempurna baik dalam materi maupun sistematika penulisan. Maka kritik dan saran yang diperlukan supaya nantinya akan  perbaikan karya tulis selanjutnya lebih baik.













Surabaya, 15 Desember 2016



Jitemuli wakur









BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
Telah kita ketahui sebelumnya bahwa di negara Indonesia telah banyak dijumpai bermacam-macam moral dan etika. Tapi, dari semuanya itu terkadang kita tidak bisa membedakan yang mana termasuk moral dan yang mana termasuk etika.
Selain tidak dapat membedakan moral dan etika serta tidak jarang melanggarnya, kita sebagai umat Kristen juga seringkali tidak tahu etika Kristen yang seharusnya diterapkan untuk melandasi etika-etika yang akan kita lakukan. Untuk mencerminkan etika Kristen ada dua macam, yang pertama etika Kristen sebagai garam dan terang dunia dan yang kedua etika Kristen sebagai gambar Allah.
 Oleh karena itu kami sebagai penulis berkeinginan untuk mengulas hasil diskusi kami tentang etika Kristen, khususnya etika Kristen sebagai garam dan terang dunia.

1.2  Rumusan Masalah
Bagaimana etika Kristen berperan sebagai garam dan terang dunia?

1.3  Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui sejauh mana etika Kristen berperan sebagai garam dan terang dunia?
1.4 Manfaat Penulisan
Kita sebagai umat Kristen dapat memperluas wawasan dengan mengetahui etika Kristen sebagai  garam dan terang dunia agar kehidupan kita dalam beretika lebih baik dan tentunya sesuai dengan iman Kristen.











BAB II
LANDASAN TEORI
Sikap dan perilaku kita di tengah-tengah masyarakat, dapat mempengaruhi sikap serta perilaku banyak orang. Demikian pula sebaliknya, sikap dan perilaku orang-orang di sekitar kita, dapat pula mempengaruhi sikap serta perilaku kita.
Tuhan Yesus meminta kita anak-anakNya, untuk hidup sebagai garam dan terang dunia. Artinya, setiap anak-anak Tuhan harus bisa menghadirkan pencerahan hidup kepada banyak orang melalui sikap serta perilaku yang menabur banyak berkat dan membawa berkat bagi orang-orang di sekitarnya.
Melayani di ladang Tuhan juga bisa dirupakan dengan menghadirkan besarnya keinginan untuk mensharing atau mentransformasikan segenap berkat dan kasih Tuhan kepada banyak orang melalui sikap serta perilaku yang sesuai dengan perintah dan kehendak Tuhan.
Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.  (I Yohanes 2 : 6)
Ketika anak-anak Tuhan menjalani hidup ini dengan menghadirkan Pribadi Kristus dalam sikap dan perilaku hidup mereka sehari-hari, sudah selayaknyalah sikap serta perilaku yang ditunjukkan anak-anak Tuhan, tidak membuat orang lain terjatuh ke dalam dosa.
"Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu."
(Galatia 6 : 8)
Anak-anak Tuhan seharusnya membuat kehidupan orang-orang di sekitarnya tidak lagi hambar dan berada dalam terang kasih Tuhan serta penyertaan Roh Kudus karena dipenuhi oleh cinta kasih yang ditunjukkan melalui sikap dan perilaku anak-anak Tuhan kepada orang-orang di sekitar mereka. 
Anak-anak Tuhan harus mengingat bahwa di sekitar mereka masih banyak jiwa-jiwa yang belum mengenal dan percaya kepada Kristus, atau jiwa-jiwa yang sudah percaya namun masih setengah hati menjalani prinsip iman Kristen mereka.
Mereka inilah yang harus kita layani. Prinsip pelayanan Firman Tuhan yang paling mudah, dapat kita lakukan dengan menunjukkan sikap dan perilaku kalau kita adalah bagian dari anak-anak Tuhan. Dalam hal ini, kita menjadi garam serta terang dunia melalui sikap dan perilaku kita.
2.1 Apa Itu Serupa Dan Segambar Dengan Allah
Sejak semula rencana Allah adalah menjadikan kita serupa dengan AnakNya, Yesus. Kejadian 1:26, “Berfirmanlah Allah: ‘Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita..’ Dari semua ciptaan, hanya manusia yang diciptakan “menurut gambar Allah”. Seperti Allah, kita adalah mahkluk-mahkluk roh, yaitu roh kita kekal dan akan hidup lebih lama daripada tubuh jasmani kita. Seperti Allah, kita memiliki kesadaran moral, yakni kita bisa membedakan yang benar dan yang salah, yang membuat kita bertanggung jawab kepada Allah. Alkitab mengatakan bahwa semua orang, bukan hanya orang percaya, memiliki bagian dari gambar Allah. Tetapi gambar tersebut tidak lengkap dan telah dirusak serta diubah oleh dosa. Karena itu Allah mengutus Yesus dengan suatu misi untuk memulihkan gambar lengkap itu yang telah hilang dari kita. Allah ingin agar anak-anakNya memiliki gambar dan rupa Allah. Dan sebagai makhluk ciptaan, kita tidak akan pernah menjadi Sang Pencipta. Sebab Allah tidak ingin kita menjadi allah, tetapi Dia ingin kita menjadi bersifat seperti Allah, yakni mengambil nilai-nilai, sikap dan karakterNya.
Sasaran utama Allah bagi kehidupan kita di dunia bukanlah kenyamanan, melainkan pengembangan karakter. Dia ingin agar kita bertumbuh secara rohani dan menjadi serupa dengan Kristus. Menjadi serupa dengan Kristus bukan berarti kehilangan kepribadian atau menjadi robot yang tidak berakal budi. Akan tetapi keserupaan dengan Kristus berarti mengubah karakter kita menjadi karakter Kristus, dan bukan mengubah kepribadian kita. Karakter kita pada dasarnya merupakan kumpulan dari kebiasaan-kebiasaan kita.
Apa yang dimaksud dengan karakter Kristus? Allah ingin agar kita mengembangkan jenis karakter yang digambarkan dalam Galatia 5:22-23 “Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan
7
diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu,” dan daftar yang ditulis Petrus tentang karakteristik kehidupan yang efektif dan produktif dalam 2 Petrus 1:5-8 “Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang. Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita.” Kita ada untuk tujuan-tujuan Allah, dan Allah memberi kita waktu di bumi untuk membangun dan menguatkan karakter kita bagi kehidupan di surga.
Pekerjaan Roh Kuduslah yang menghasilkan karakter seperti Kristus di dalam diri kita. Sebab kita tidak bisa menghasilkan karakter Kristus dengan kekuatan kita sendiri. Kita harus mengerti bahwa keserupaan dengan Kristus tidak dihasilkan melalui tindakan peniruan,tetapi dengan menjadikan hidup kita sebagai ‘tempat tinggal’Nya, artinya kita membiarkan Kristus untuk hidup melalui kita.
Alkitab membandingkan pertumbuhan rohani dengan sebuah benih, sebuah bangunan, dan seorang anak yang sedang bertumbuh. Benih harus ditanam dan dirawat, bangunan harus dibangun, tidak muncul begitu saja, dan anak-anak harus makan dan bergerak untuk bertumbuh. Semuanya memerlukan usaha. Ada bagian Allah, dan ada bagian kita. Walaupun usaha kita itu tidak ada hubungannya dengan keselamatan kita, karena keselamatan diberikan oleh karena kasih karunia Allah dan bukan karena kekuatan kita, tetapi usaha kita sangat berkaitan dengan pertumbuhan rohani kita. Firman Tuhan dalam Efesus 4:22-24, “Yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.” menjelaskan bahwa ada tiga tanggung jawab kita untuk menjadi serupa dengan Kristus, yaitu :
Pertama, Kita harus memutuskan untuk melepaskan cara-cara lama dalam bertindak. Artinya kita belajar untuk menanggalkan kehidupan kita yang lama, yang cenderung menyesatkan dan menuju kebinasaan.
Kedua, Kita harus mengubah pola pikir kita. Alkitab berkata, “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu..” (Roma 12:2) Kita ‘diubahkan’ oleh pembaharuan budi kita, yang terjadi secara rohani ketika kita membiarkan Allah memimpin pikiran-pikiran kita.
Ketiga, Kita harus ‘mengenakan’ karakter Kristus dengan mengembangkan kebiasaan-kebiasaan yang baru sesuai dengan pola Allah, “dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.”Menjadi serupa seperti Kristus adalah suatu proses pertumbuhan, dan pertumbuhan rohani tidaklah otomatis. Tetapi membutuhkan kesungguhan dan
8
komitmen untuk mau berubah dan terus bertumbuh. Ada tiga hal yang sangat diperlukan dalam pertumbuhan pengembangan karakter kita, menuju kepada karakter yang semakin serupa dengan Kristus, yaitu:
1. Firman Tuhan
Firman Allah memberikan kebenaran yang kita butuhkan untuk bertumbuh. Untuk menjadi serupa dengan Yesus, kita harus memenuhi kehidupan kita dengan FirmanNya. Sebab Firman Allah menghasilkan kehidupan, membangkitkan iman, mendatangkan perubahan, mendatangkan mujizat dalam hidup kita, menyembuhkan sakit hati, membangun karakter, mengubah keadaan, mengatasi kesusahan dan kesulitan, melepaskan kuasa, menyucikan pikiran kita, menciptakan berbagai hal, dan menjamin masa depan kita selamanya! Kita tidak bisa hidup tanpa Firman Allah. Oleh karena itu yang harus kita lakukan adalah menerima otoritas Firman Allah, dan menerima kebenaran Firman Allah itu dengan senantiasa membaca, merenungkan dan melakukan Firman itu dalam kehidupan kita hari lepas hari. Sehingga Firman itu menjadi hidup dalam kehidupan kita dan mengubahkan karakter kita untuk semakin serupa dengan Kristus.
2. Orang-orang di sekitar kita
Umat Allah memberikan dukungan yang kita butuhkan untuk bertumbuh. Allah memakai orang-orang di sekitar kita supaya kita saling bergantung satu dengan lainnya, dan bertumbuh bersama. Sebab kedewasaan rohani tidak mungkin dicari sendirian dalam keadaan terisolasi. Kita harus berada di sekeliling orang lain dan berhubungan dengan mereka. Oleh karena itu kita perlu menjadi bagian dari sebuah gereja dan komunitas seperti komunitas sel (komsel). Mengapa? Karena kedewasaan rohani yang sejati adalah belajar mengasihi seperti Yesus, dan kita tidak bisa mencoba menjadi seperti Yesus tanpa memiliki hubungan dengan orang lain dan menjadi bagian dalam komunitas. Untuk itu mari kita mulai mengambil bagian dalam komsel, untuk saling membangun, saling menguatkan dan bertumbuh bersama menjadi serupa seperti Kristus.
3. Keadaan
Keadaan-keadaan memberikan lingkungan yang kita perlukan untuk melatih keserupaaan dengan Kristus. Allah menggunakan keadaan-keadaan untuk mengembangkan karakter kita. Dia memakai masalah-masalah untuk menarik kita lebih dekat kepadaNya. Apapun penyebabnya, tidak ada satupun masalah yang bisa terjadi tanpa ijin Allah, sebab Dialah pemegang kendali tertinggi. Karena Allah ingin menjadikan kita serupa dengan Yesus, maka Dia mengembangkan buah Roh dalam kehidupan kita dengan membiarkan kita mengalami berbagai keadaan. Misalnya, Allah mengajar kita mengasihi dengan menempatkan orang
9
yang tidak menyenangkan di sekeliling kita. Allah mengajarkan sukacita sejati di tengah-tengah penderitaan kepada kita bila kita berpaling kepadaNya. Allah mengembangkan damai sejahtera yang sesungguhnya di dalam kita, bukan dengan membuat hal-hal berlangsung seperti yang kita rencanakan, melainkan dengan membiarkan terjadinya masa-masa kacau dan membingungkan. Demikian juga, kesabaran berkembang di dalam keadaan-keadaan di mana kita dipaksa untuk menunggu. Allah memakai situasi yang berlawanan. Setiap kali kita mengalahkan suatu pencobaan, kita menjadi lebih serupa dengan Yesus.Jika kita mempelajari dan menerapkan Firman Allah, berhubungan terus menerus dengan umat percaya lainnya, dan belajar mempercayai Allah dalam keadaan-keadaan yang sulit, maka kita akan terus bertumbuh menjadi lebih serupa dengan Yesus. Yesus tidak mati di kayu salib supaya kita bisa menjalani kehidupan yang tenang dan enak. TujuanNya jauh lebih dalam. Dia ingin membuat kita serupa dengan diriNya sendiri sebelum Dia membawa kita ke Surga. Inilah hak istimewa terbesar kita, tanggung jawab langsung kita, dan tujuan akhir kita.

2.2 Sasaran Allah Bagi Kehidupan Kita
Pertanyaan tentang tujuan hidup mungkin bermacam-macam, misalnya, Mengapa kita ada di sini? atau Apakah hidup saya bertujuan? Alkitab menunjukkan bahwa tujuan hidup kita adalah untuk menjalin persahabatan dengan Allah. Mari kita lihat beberapa kenyataan penting yang ada dalam Alkitab.
Allah adalah Pencipta kita. Alkitab mengatakan, ”[Allah]lah yang menjadikan kita, dan bukan kita sendiri.”—Mazmur 100:3; Penyingkapan [Wahyu] 4:11.
Allah punya tujuan, atau kehendak, bagi semua ciptaan-Nya, termasuk kita.—Yesaya 45:18.
Allah menciptakan kita dengan ”kebutuhan rohani”, sehingga kita sangat ingin mengetahui makna kehidupan. (Matius 5:3) Ia ingin agar kebutuhan itu terpenuhi.—Mazmur 145:16
Kebutuhan rohani kita bisa dipenuhi jika kita berusaha menjadi sahabat Allah. Beberapa orang mungkin berpikir bahwa manusia tidak mungkin bisa bersahabat dengan Allah, namun Alkitab meyakinkan kita, ”Mendekatlah kepada Allah dan ia akan mendekat kepadamu.”—Yakobus 4:8; 2:23.
Untuk menjadi sahabat Allah, kita perlu menuruti kehendak-Nya. Alkitab memberitahukan apa kehendak Allah ini di Pengkhotbah 12:13, ”Takutlah kepada Allah dan taatilah segala perintah-Nya, sebab hanya untuk itulah manusia diciptakan-Nya.”—Bahasa Indonesia Masa Kini.
Kita baru bisa sepenuhnya merasakan terwujudnya kehendak Allah bagi kita di masa depan, ketika Ia meniadakan penderitaan dan memberikan kehidupan abadi kepada semua sahabat-Nya, yaitu para penyembah-Nya.—Mazmur 37:10, 11.
      10

2.3 Roh Kudus Yang Bekerja Dalam Diri Kita
“Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh.” Galatia 5:25Ada banyak alasan mengapa Roh Kudus tinggal di dalam hidup orang percaya. Pertama, setiap orang percaya dan lahir baru disebut Bait Allah, artinya Roh Kudus tinggal dalam Bait-Nya (1 Kor. 6:19). Kedua, setiap orang percaya adalah milik Allah dan tanda sahnya atau meterainya adalah Roh Kudus (Ef. 1:13-14). Kembali kedalam pembahasan tema di atas, yakni Roma 5:25, konteks perikop ayat-ayat tersebut adalah Paulus yang mengajarkan bahwa hidup itu dikuasai oleh keinginan daging dan keinginan Roh (Gal. 5:16-26), buah dan tindakan hidup dalam keinginan daging adalah kebinasaan dan hidup yang dipimpin oleh Roh akan melihat kemuliaan.Apa artinya hidup dipimpin oleh Roh Kudus? Artinya adalah seluruh kehidupan diserahkan dan dikendalikan oleh pimpinan Roh Kudus. Seluruh kehidupan seperti apa yang dimaksud yang perlu diserahkan?
Kehidupan itu berbicara mengenai hati, pikiran dan roh manusia. Pusat hidup manusia dalam hatinya (Ams. 4:23), ide-ide muncul dan bertindak dari pikiran bahkan roh manusia harus selalu diperbaharui setiap saat (2 Kor. 4:16-18). Inilah yang perlu dipimpin, dikuasai dan dikendalikan oleh Roh Kudus, kalau tidak hidup akan sepenuh hati, pikiran dan roh yang dikuasi oleh keinginan daging.
Kehidupan itu berbicara tentang tindakan. Tindakan setiap orang percaya harus dikendalikan oleh Roh Kudus. Mengapa? Sebab lewat tindakan yang baik, Bapa akan dipermuliakan (Mat. 5:13-15), jika hidup dikendalikan oleh daging, maka perbuat-perbuatan gelaplah yang kita lakukan, demikian sebaliknya.
Kehidupan itu berbicara tentang keputusan dan perencanaan. Hidup kita selalu diperhadapkan dengan keputusan dan perencanaan. Tidak sedikit orang yang salah mengambil keputusan dan salah merencanakan sesuatu, akhirnya yang dituai adalah kegagalan dan kekecewaan. Roh Kudus adalah Roh Allah dan Allah tidak pernah salah dalam menyatakan, memimpin umatnya. Percayalah Allah tidak pernah sallah membawa hidup Anda.
Oleh sebab itu Paulus berkata, “Jika kamu hidup dalam Roh hendaklah dipimpin oleh Roh.” Bagaimana dengan Saudara? Siapa yang memimpin hidupmu? Karena kita ini anak-anak Allah sepantasnya dipimpin oleh Roh Allah. Sehebat-hebatnya kita, pasti terbatas, serahkan hidupmu kepada yang tak terbatas, yakni Roh Allah, maka engkau tidak akan menuai kebinasaan dan pasti tidak akan pernah salah

2.4 Tanggung Jawab Orang Kristen
Menerima status sebagai orang "Kristen" adalah anugerah semata-mata. Anugerah kehidupan dan keselamatan dari Allah harus dipertanggungjawabkan kepada Allah yang memberikan anugerah itu.Bacaan Alkitab hari ini menjelaskan tanggung jawab orang Kristen.
Pertama, orang Kristen bertanggung jawab untuk tidak menyia-nyiakan anugerah keselamatan yang sudah diperoleh dari Tuhan . Anugerah sudah tersedia, bahkan sudah diterima oleh orang-orang Kreta yang percaya kepada Tuhan, namun kehidupan mereka jauh dari Tuhan. Mereka menyia-nyiakan anugerah Tuhan seperti halnya dengan banyak orang Kristen pada masa kini.
Kedua, orang Kristen bertanggung jawab untuk membuang dosa . Dosa menghambat berkat Allah. Dosa membutakan mata rohani orang percaya untuk melihat dan melakukan kehendak Tuhan. Setelah menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, kita menjadi "manusia baru". Ada hal-hal yang memalukan yang tidak pantas dilakukan oleh orang percaya yang sudah lahir baru dan menyandang gelar manusia baru (Efesus 4:20-31).
Ketiga, orang Kristen bertanggung jawab untuk melayani . Injil keselamatan Allah wajib diteruskan. Paulus menyebut hal itu sebagai pekerjaan yang baik dan satu-satunya kelakuan yang diwajibkan bagi semua yang telah menikmati anugerah keselamatan. Oleh karena itu, Paulus mengatakan kepada Titus bahwa melayani (mengabarkan Injil) merupakan kewajiban orang percaya. Menyia-nyiakan anugerah Tuhan, berkancah dosa, dan tidak melayani adalah tindakan tidak bertanggung jawab. Orang itu bukan orang Kristen sejati. Sudahkah Anda bertanggung jawab atas anugerah Tuhan.

2.5 Menjadi Seperti Kristus Dalam Pertumbuhan Yang Lama
Menjadi serupa dengan Kristus tidak berarti kita kehilangan jati diri/kepribadian tetapi yang mengalami perubahan adalah karakter kita. Pribadi adalah kita seutuhnya, kepribadian adalah keunikan, ciri khas dan karakter lebih terkait dengan pertumbuhan kedewasaan. Jenis-jenis karakter telah dijelaskan di dalam Matius 5 dan buah-buah roh. Karakter ini yang ingin Tuhan kembangkan dan diubahkan semakin hari-semakin seperti Kristus. Pertumbuhan karakter ini tidak bisa kita lakukan seorang diri, karena kita tidak akan mampu, kita butuh Roh Kudus, yang adalah Roh Tuhan itu sendiri yang akan memampukan, menguatkan kita untuk bertumbuh ke arah DIA. Langkah yang harus kita ambil adalah bertindak lebih dulu atau berbicara tentang
12
iman dan komitmen kita untuk bertumbuh dan kerja sama Roh Allah akan membuat pertumbuhan ini berjalan ke arah Kristus.
Efesus 4 : 22-24 yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya. Tiga hal yang harus kita lakukan untuk menjadi serupa dengan Kristus:
1. Menanggalkan manusia lama (ayat 22)
2. Diperbaharui dalam roh dan kebenaran (ayat 23)
3. Mengenakan manusia baru dengan karakter Kristus (ayat 24)
Kebanyakan dari kita ingin segala yang instan, tetapi pertumbuhan ini tidak berjalan cepat atau instan, karena segala sesuatu yang instan tidak dapat bertahan lama. Pertumbuhan untuk serupa dengan Kristus adalah proses progresif dan bertahap dari hari ke hari yang sangat tergantung akan kedekatan yang kita bangun dengan pribadi Kristus itu sendiri, jika hari ini kita gagal maka maju lagi, jika jatuh kita bangun lagi dan terus melanjutkan proses ini. Jangan pernah menyerah karena kita disebut pemenang bukan karena kita tidak pernah gagal tetapi kita disebut pemenang karena kita selalu bangkit dan bangkit kembali dan meneruskan sampai finis. Pertumbuhan ini pun bergerak di segala hal (Efesus 4:15) tidak dibatasi akan hal rohani saja, tetapi segala aspek kehidupan kita. Dan proses ini berlangsung sepanjang hidup kita sampai Tuhan datang untuk yang kedua kalinya dan didapati olehNya bahwa pertumbuhan kita telah MAKSIMAL dihadapanNya, yaitu kita telah menjadi serupa dengan Kristus Yesus.
10 aspek yang harus bertumbuh didalam kita.
1. Pengetahuan tentang Tuhan (Kolase 1 : 10)
Pengetahuan tentang Tuhan dibangun melalui Saat Teduh, membaca Firman Tuhan, mengikuti KOM, SOM mendengar Firman Tuhan ketika beribadah, melalui radio, buku dll. Pengetahuan tentang Tuhan akan terus bertambah ketika kita melekat di dalam dia.
2. Pengaruh (II kor 2 : 15; 3:2)
Kita adalah surat pujian yang berbau harum, apakah orang-orang di sekitar kita mendapati bau harum ketika dekat dengan kita ataukah bau busuk yang keluar dari setiap perkataan kita. Pengaruh yang membawa kebaikan lah yang harus melekat dan menjadi ciri kehidupan kita.
3. Material (Amsal 13 : 11)
Tuhan memberkati kita secara rohani dan juga memberkati kita akan materi. Alami pertumbuhan dalam materi dengan cara yang berkenan di hadapan Tuhan. Bukan melalui kelicikan atau tipu daya tetapi dengan kerja keras dan kejujuran, maka Tuhan akan membuat pertumbuhan itu terus berlangsung dalam kehidupan kita.
13
4. Suka Cita (Yes 29 : 19)
Kita memang tidak tinggal di dalam dunia yang ideal, dimana masih banyak hal yang mengecewakan, menyakitkan dll tetapi ini tidak pernah menjadi alasan SUKACITA kita hilang, karena SUKACITA kita berasal dari Tuhan yang tidak pernah terpengaruh oleh apapun.
5. Iman (II Tes 1 : 3)
Iman yang teguh di dalam Tuhan apapun keadaan yang harus kita hadapi, kita tetap percaya dan semakin percaya berdiri teguh dalam iman kita kepadaNya bahwa DIA Allah yang sama yang selalu menepati janjinya, yang telah merancangkan segala hal yang baik bagi kehidupan kita, dan memberikan masa depan yang penuh harapan.
6. Kasih akan orang lain (I Tes 3 : 12)
Kasih kita kepada saudara, sahabat, teman dan setiap orang harus mengalami pertumbuhan. Kepedulian kita satu dengan yang lain ditandai dengan tindakan kita. Kasih itu tidak mencari keburukan orang lain dan membicarakannya tetapi menegor dan berharap perubahan yang lebih baik.
7. Kesatuan (Efesus 2 : 21)
Kesatuan dalam gereja Tuhan terus dibangun, tidak ada lagi sakit hati antara satu dengan yang lain. Permasalahan atau perbedaan besar yang ada dianggap kecil, dan yang kecil menjadi tidak ada.
8. Kebijaksanaan ( Lukas 2 : 52a)
Kebijaksanaan adalah kemampuan untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
9. Persaudaraan (Lukas 2 : 52b)
Jika pertanyaan Apakah Tuhan mengasihi kita?? jawaban itu pasti YA Tuhan mengasihi. Tetapi apakah kita yakin jika pertanyaannya adalah Apakah kawan kita mengasihi kita??. Biarlah kita terus mengalami pertumbuhan dalam persaudaraan satu dengan yang lain.
10. Kasih karunia ( II Petrus 3:18)
Alami pertumbuhan di dalam Tuhan dengan berakar kuat di dalam Dia, dibangun diatas Dia dan menjadi serupa dengan Dia.






























BAB  III
HASIL DISKUSI
3.1 PENGERTIAN ETIKA DAN ETIKA KRISTEN
Dalam kamus umum Bahasa Indonesia, etika diartikan sebagai ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral), dan etika juga dapat dipahami sebagai ilmu pengetahuan yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia. Dalam artian lebih khusus, etika dirupakan dalam bentuk aturan tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada.
 Sebagai ilmu, etika mencari kebenaran dan sebagai filsafat, etika mencari keterangan yang sedalam-dalamnya tentang nilai hidup yang dianut manusia serta pembenarannya dan hukum-hukum yang mengatur tingkah laku manusia. Etika pada dasarnya bersifat sosial sebab berkenaan dengan kehidupan sosial dalam masyarakat.
Etika kristen adalah etika yang tumbuh atas dasar iman Kristen. Dalam iman Kristen disadari bahwa Allah hakekatnya cinta kasih, cinta kasih Allah berwujud dalam banyak hal, khususnya diwujudkan dalam Kristus. Sebaliknya respon kasih pihak manusia kepada Allah itulah yang dinamakan iman Kristen. Etika Kristen bertumbuh dalam suatu kebebasan,hubungan cinta kasih dan pengharapan. Etika Kristen bukanlah suatu yang sudah baku membeku semacam resep mentah, tapi etika Kristen terbuka menyingkapi hal-hal yang baru. Karena itu selain iman maka situasi dan konteks yang dihadapi juga menjadi pertimbangan dalam menentukan sikap etis Kristen. Norma dasar dalam etika Kristen antara lain Iman [Roma 12;3], kasih [Mat 22;37], sabar [Ams 14;29], murah hati [Mat 5;2-5], tidak cemburu [Ayub 5;2], rendah hati [Luk 18;14], tidak sombong [Yes 2;11,17], sopan [Roma 13;13], tidak mencari keuntungan sendiri [1 Kor 10;24], tidak pemarah [Kol 3;8], tidak menyimpan kesalahan [Mat 5;23.24], adil [1 Tim 6;11], toleran dan saling menghormati.
3.2 GARAM dan TERANG DUNIA
“Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagi pula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah tempayan, melainkan di atas kaki pelita sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga” (Mat 5:13-16).
Yesus tidak mengatakan, “Jadilah kamu garam dunia.”  Ayat-ayat padanannya terdapat juga dalam Luk 14:34 dsj. dan juga dalam Mrk 9:50. Arti umum dari ayat ini adalah bahwa fungsi para murid adalah serupa dengan fungsi-fungsi garam. Dari pelbagai tulisan Perjanjian Lama kelihatan bahwa dalam kehidupan orang Yahudi, garam digunakan dengan pelbagai cara guna mencapai banyak tujuan:
 1. Garam adalah kebutuhan dasar manusia. “Kebutuhan pokok untuk hidup manusia ialah: air, api, besi dan garam, terigu dan serta madu, air anggur, minyak dan pakaian.” (Sir 39:26)
2. Sebagai bumbu penyedap (seasoning) agar makanan menjadi lebih enak rasanya. “Dapatkah makanan tawar dimakan tanpa garam atau apakah putih telur ada rasanya?” (Ayb 6:6)
3. Garam merupakan sebuah bagian penting dalam korban persembahan.  
  • “Dan tiap-tiap persembahanmu yang berupa korban sajian haruslah kaububuhi garam, janganlah kaulalaikan garam perjanjian Allah-mu dari korban sajianmu; beserta segala persembahanmu haruslah kaupersembahkan garam (Im 2:13). 
  • “Engkau harus membawanya ke hadapan TUHAN dan imam-imam harus menaburkan garam ke atasnya dan mempersembahkannya sebagai korban bakaran bagi TUHAN” (Yeh 43:24).
4. Elisa menggunakan garam untuk memurnikan mata air di Yerikho (2Raj 2:19-22). 
5. Abimelekh menaburi kota Menara-Sikhem dengan garam  untuk mendatangkan kutuk agar tanah gersang dan juga kutuk atas kota – setelah membunuh orang-orang (Hak 9:45; bdk Ul 29:22-23; Yer 17:6; Zef 2:9).  
6. Garam sebagai tanda persahabatan permanen: perjanjian garam.  
  • “Segala persembahan khusus, yakni persembahan kudus yang dipersembahkan orang Israel kepada TUHAN, Aku berikan kepadamu dan kepada anak-anakmu laki-laki dan perempuan bersama-sama dengan engkau; itulah suatu ketetapan untuk selama-lamanya; itulah suatu ketetapan untuk selama-lamanya; itu suatu perjanjian garam untuk selama-lamanya di hadapan TUHAN bagimu serta bagi keturunanmu” (Bil 18:19). 
  • Ketika Raja Abia dari Yehuda berperang dengan Yerobeam, dia berseru di atas gunung Zemaraim: “Dengarlah kepadaku, Yerobeam dan seluruh Israel! Tidakkah kamu tahu, bahwa TUHAN Allah Israel telah memberikan kuasa kerajaan atas Israel kepada Daud dan anak-anaknya untuk selama-lamanya dengan suatu perjanjian garam?” (2Taw 13:5).  
Catatan: Sebuah perjanjian (covenant atau agreement) “ditanda-tangani” oleh ke dua belah pihak dengan mencicipi garam. Kata dalam bahasa Arab untuk ‘garam’ adalah sama dengan “perjanjian” atau “pakta” (treaty) (R.H. Sykes, 1984, hal. 30).
 7. Garam memiliki kualitas untuk menyembuhkan dan membersihkan.  
  • “Berkatalah penduduk kota itu kepada Elisa: ‘Cobalah lihat! Letaknya kota ini baik, seperti tuanku lihat, tetapi airnya tidak baik dan di negeri ini sering ada keguguran bayi.’ Jawabnya: ‘Ambillah sebuah pinggan baru bagiku dan taruhlah garam ke dalamnya.’ Maka mereka membawa pinggan itu kepadanya. Kemudian pergilah ia ke mata air mereka dan melemparkan garam itu ke dalamnya serta berkata: ‘Beginilah firman TUHAN: Telah Kusehatkan air ini, maka tidak akan terjadi lagi olehnya kematian atau keguguran bayi.’ Demikianlah air itu menjadi sehat sampai hari ini sesuai dengan firman yang telah disampaikan Elisa” (2Raj 2:19-22). 
  • “Kelahiranmu begini: Waktu engkau dilahirkan, pusatmu tidak dipotong dan engkau tidak dibasuh dengan air supaya bersih; juga dengan garampun engkau tidak digosok atau dibedungi dengan lampin” (Yeh 16:4).
 8.  Garam merupakan sebuah gambaran penghakiman. Dalam Kej 19:26 istri Lot dihakimi Allah; dia menjadi tiang garam karena tidak taat pada perintah Allah agar tidak menoleh ke belakang. 
Juga dapat dikatakan bahwa garam adalah bahan pengawet. Garam mengawetkan bahan makanan supaya tidak cepat busuk, misalnya dilaburi pada daging agar tidak cepat rusak (Ingat sayur asin, ikan asin dll.). Di tempat-tempat yang beriklim panas tanpa lemari pendingin, garam masih digunakan seperti ini. 
Orang-orang Semit kuno malah menggunakan garam sebagai pupuk. Dengan demikian ungkapan ‘garam bumi’ cukup alamiah -artinya wajar- apalagi kalau kita memperhatikan  sebuah ayat Injil tentang garam yang sudah menjadi tawar: “Tidak ada lagi gunanya baik untuk ladang maupun untuk pupuk, dan orang membuangnya saja.” (Luk 14:35)
Dalam Mat 5:13 soal garam sebagai ‘pupuk’ sudah tidak muncul, sehingga ayat ini sudah kehilangan hubungannya dengan bidang agro. Metafora yang dikemukakan dalam Injil Matius mengacu secara lebih langsung pada realitas para murid; dengan demikian kata bumi menjadi sejajar dengan kata dunia (lihat 5:14), jadi ‘bumi’ bukan lagi berarti tanah yang dapat digarap untuk pertanian, tetapi berarti ‘kemanusiaan yang universal’.
Garam itu bersifat merasuk (penetrating), meresap. Oleh karena itu garam baik untuk menjadi bumbu penyedab dan bahan pengawet seperti diterangkan tadi.

“Kamu adalah garam dunia” (Mat 5:13). Hal ini berarti, bahwa para murid Yesus (siapa pun dia) memainkan peranan penting dalam kemanusiaan. Seperti telah dikatakan tadi bumi bukan lagi diartikan sebagai ‘tanah untuk pertanian’ tetapi kemanusiaan yang bersifat universal.

“Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi” (Mat 5:14). Dalam Injil Yohanes, Yesus berkata: “Akulah terang dunia; siapa saja yang mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang kehidupan” (Yoh 8:12). Kemudian Yesus bersabda: “Selama Aku di dalam dunia, Akulah terang dunia” (Yoh 9:5). Sekarang dalam Mat 5:14 ini, kita disamakan dengan sang Guru sendiri – artinya para murid juga adalah terang dunia. Ini merupakan pujian paling besar yang diberikan kepada orang kristiani secara pribadi. Betapa tidak? Ketika Yesus menggunakan kata-kata ini, sebenarnya Dia menggunakan sebuah ungkapan yang cukup familiar bagi orang-orang Yahudi yang mendengar kata-kata itu. Orang-orang Yahudi sendiri berbicara tentang Yerusalem sebagai ‘terang bagi orang-orang kafir’ dan seorang Rabi yang terkenal seringkali dipanggil/dijuluki ‘pelita Israel’. Satu hal yang sangat diyakini oleh orang Yahudi, yaitu bahwa terang yang bersinar dari bangsa mereka atau dari seorang hamba Allah (man of God) adalah ‘terang yang dipinjami’. Pinjam dari siapa? Dari Allah. Yerusalem memang ‘terang bagi orang-orang kafir’, tetapi Allah-lah yang menyalakan pelita Israel itu. Demikian pula dengan kita orang-orang Kristiani. Terang kita adalah pencerminan terang Kristus sendiri (dengan demikian syaratnya adalah pemuridan yang baik). Sinar yang memancar dari orang-orang Kristiani datang dari kehadiran Kristus (Roh Kudus/Roh Kristus) dalam diri/hati orang-orang itu.

3.3 ETIKA KRISTEN sebagai GARAM dan TERANG DUNIA
Kehadiran murid-murid Kristus di atas bumi adalah untuk menjaga agar masyarakat manusia ini jangan sampai runtuh secara total. Pada saat kedatangan Tuhan Yesus untuk kedua kalinya nanti (parousia), dunia kita yang penuh dengan kedosaan ini akan berantakan, baik dilihat dari sudut moral, spiritual dan politik ( 2Tes 2:5-12). Sekarang umat beriman harus menjalani kehidupan yang utuh, kehidupan yang bersih …… di dalam dunia yang begitu korup. Jadi, kalau Yesus mengatakan kepada para murid-Nya, “Kamu adalah garam dunia”, maka yang Ia maksudkan di sini adalah, bahwa para murid harus menghentikan/meng-counter proses pembusukan dunia ini. Dengan apa? ….. Dengan Injil, yakni Kabar Baik Tuhan kita Yesus Kristus. Satu-satunya harapan yang akan menyelamatkan manusia adalah Yesus Kristus, lewat Injil-Nya. Lihat sabda Yesus di awal karya-Nya dalam masyarakat seperti tercatat dalam Injil Markus: “Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!” (Mrk 1:15).
Garam itu mempunyai sifat merasuk. Secara perlahan-lahan, sedikit demi sedikit tetapi pasti, garam merasuki – menyerap ke dalam –  bahan seperti daging, ikan atau sayur yang telah diolesi atau dilabur dengan garam itu. Demikian pula Gereja harus merasuki, menyerap ke tengah-tengah dunia, ke mana-mana menyebarkan Kabar Baik Tuhan kita Yesus Kristus. Apabila Gereja (artinya kita-kita ini) berhenti memberitakan Kabar Baik itu, maka Gereja berhenti berfungsi sebagai ‘garam dunia’. Ingatlah apa yang dikatakan oleh Paus Paulus VI: “Gereja ada untuk mewartakan Injil” (Evangelii Nuntiandi, 14).
Garam itu digunakan juga sebagai bumbu penyedap (seasoning). Kita semua para murid Kristus berfungsi sebagai bumbu penyedap bagi dunia yang sedang mau mati ini. Mengapa? Karena dunia sekarang memang sedang dilanda oleh budaya kematian, budaya maut. Lihat saja acara-acara dan berita-berita di TV dan berita media masa lainnya. Bagaimana caranya kita menjadi bumbu penyedap dalam masyarakat? Dengan membawa pesan yang berisikan harapan. Sungguh dunia ini akan hambar tanpa-rasa dan tanpa-harapan apabila tidak ada yang menggaraminya. Lewat bicara dan hidup kita, kita perkenalkan, kita tanamkan peradaban cinta kasih, sesuai juga dengan anjuran Paus  Yohanes Paulus II. Sungguh bukan omong kosong. Bayangkan sebuah acara, pesta dsb. kalau tidak dihadiri oleh orang yang suka humor, ‘penuh sukacita’ yang akan membuat pesta menjadi ‘hidup’, yang menjiwai pesta itu. Satu persatu orang akan meninggalkan acara itu, karena membosankan.
Sebagai garam, kita para murid Kristus, juga harus membawa angin segar, angin pembaharuan, rasa cinta akan kehidupan dalam apa saja yang kita lakukan dan setiap saat kita bertemu dengan sesama kita. Dalam dunia yang menderita karena penuh kebosanan, keterasingan (alienasi), ketakutan dll., para murid Kristus harus membawa ke tengah-tengah saudara-saudari kita dalam masyarakat, semangat hidup, entusiasme yang penuh, sukacita, kepercayaan akan sesuatu yang baik. Sebagai ‘garam’, seorang murid Kristus tidak bersikap masa bodoh atas pelbagai masalah yang dihadapi oleh sesamanya. Sebaliknya, sebagai ‘garam’ seorang murid Kristus adalah pembawa Kabar Baik. Apapun masalah yang dihadapi “….. Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia” (Rm 8:28). Mengapa? Karena kita berada di tangan Allah, maka kita semua diciptakan dari cinta kasih-Nya, dengan demikian kita terus-menerus dikelilingi dan ditopang oleh cinta-Nya yang kreatif.

“Jika garam itu menjadi tawar ……” (Mat 5:13). Garam memang dapat menjadi tawar. Apabila garam dibiarkan kena exposed pada atmosfir, cepat atau lambat garam itu akan kehilangan rasa asinnya. Mula-mula kelembaban memasukinya dan kemudian merusaknya. Kalau dicampur dengan air yang cukup banyak, maka garam pun dapat kehilangan rasa asinnya. Garam juga dipakai oleh orang-orang Semit kuno – yang sampai sekarang kadang-kadang masih dilakukan oleh tukang roti Arab – untuk melaburi dasar dari oven: untuk mendorong pembakaran dari bahan bakar yang kurang baik, seperti kotoran unta yang telah dikeringkan. Setelah kurang lebih 15 tahun, daya garam itu sebagai katalisator habislah dan garam itu pun dibuang (Kata Semit untuk oven adalah arca yang juga mempunyai arti ‘bumi’. Maka itu ketika Yesus mengatakan: “Kamu adalah garam bumi”; bisa saja orang menerjemahkannya “Kamu adalah garam oven”; tetapi seperti dikatakan tadi, bahwa ayat ini berpadanan dengan ayat tentang ‘terang dunia’, maka ‘garam oven’ menjadi tidak relevan. ‘Garam yang sudah kehilangan rasa’ itu menjadi sekedar bahan-bahan sisa di bumi dengan sedikit rasa (ada rasa, tapi sedikit saja), karena sodium khlorida-nya sudah tidak ada. Oleh karena itu ada ungkapan orang Persia: “Tidak benar terhadap garam” yang artinya adalah




tidak setia, tidak tahu berterima kasih.
Apa bahayanya kalau para murid Kristus kehilangan rasa? Dari luar kelihatan seperti orang beriman, berbicara seperti orang beriman, akan tetapi di dalam mereka sudah mati secara rohani: membusuk dari dalam! Sebagai garam, seorang murid Kristus harus mempunyai garam dalam dirinya. Bagaimana orang dapat kehilangan rasa asinnya itu? Karena dibiarkan kena exposed pada atmosfir yang salah. Kebanyakan exposure dan kompromi dengan dunia menghancurkan ‘rasa’ seorang murid Kristus. Kebanyakan kompromi dengan dunia membuat seorang murid Kristus tidak ada bedanya dengan orang-orang lain dalam dunia. Murid Kristus menjadi sombong, mencari keuntungan diri sendiri, pemarah dan cemburu. Dia tidak lagi menjadi ‘tanda lawan’ bagi masyarakat di sekitarnya; dia tidak lagi mampu memenuhi fungsinya dalam dunia, artinya tidak akan mampu untuk mengubah atau mentransformasikan dunia. Dalam ayat ini Yesus mengingatkan para murid: (1) untuk tidak mengkompromikan iman-kepercayaan mereka, (2) untuk tidak melakukan dilusi (campur-aduk) kebenaran dengan ketidak-benaran seperti yang dilakukan oleh mereka yang menganut paham liberalisme dalam penghayatan iman kristiani mereka, (3) untuk tidak mengkompromikan perilaku mereka dengan dunia. Karena kalau para murid Kristus mulai melakukan segala macam kompromi ini, maka proses pembusukan akan mulai menjangkiti diri mereka masing-masing.

“Dibuang dan diinjak orang” (Mat 5:13). Ada unsur parabolis dalam teks ini, yang tidak perlu diterapkan secara harfiah pada ‘nasib akhir’ seorang murid Yesus. Ungkapan ‘dibuang’ mempunyai arti ganda. Lihat Mat 13:48 “Perumpamaan tentang jala besar’ dimana diceritakan bahwa ikan yang tidak baik itu dibuang. Lihat juga nas-nas dalam Mat yang berkaitan dengan hukuman kekal. Dengan kekecualian Mat 8:12, semua nas termaksud berbicara mengenai umat manusia berdosa pada umumnya (Mat 13:42). Yang lebih sering adalah mengenai murid-murid Kristus yang tidak setia (Mat 7:19; 13:48,50; 18:8,9; 22:13). Sebenarnya Yesus memperingatkan para murid-Nya untuk tidak menghianati panggilan mereka sebagai ‘pengawet’ dan ‘bumbu penyedap’, artinya sebagai orang-orang yang memberikan orientasi kepada dunia.




Terang pertama-tama dan terutama dimaksudkan untuk dapat dilihat. Sebenarnya tidak ada kemuridan yang bersifat rahasia, karena kerahasiaan dapat menghancurkan kemuridan itu atau kemuridan itu menghancurkan kerahasiaan itu. Kekristenan/ Kristianitas seseorang harus secara sempurna kelihatan oleh semua orang. Kemudian, kekristenan ini tidak boleh hanya kelihatan di dalam ruang lingkup Gereja, karena kalau demikian halnya tidak banyak gunanya bagi siapa pun. Kekristenan bahkan harus lebih kelihatan pada kegiatan-kegiatan seseorang dalam tata-dunia. Kekristenan kita haruslah kelihatan pada waktu kita berbicara dengan pegawai rendahan kita, pada waktu kita memesan makanan dan minuman dalam restoran, pada waktu kita berbelanja, dalam hal bahasa yang kita gunakan sehari-hari, dalam hal buku-buku yang kita baca dan lain sebagainya. Seorang Kristiani adalah Kristen di pabrik, di kantor, di ruang sekolah, di dalam ruang bedah, di bengkel, di dapur, di lapangan golf, seperti juga di gereja. Yesus tidak mengatakan “Engkau adalah terang gereja”, tetapi “Engkau adalah terang dunia”. Dan dalam kehidupan seseorang di dunia, kekristenannya harus jelas kelihatan kepada semua orang.

Terang adalah pemandu. Seorang kristiani harus menjadi panutan. Salah satu hal yang diperlukan dunia ini adalah orang yang siap untuk menjadi pusat kebaikan: pemimpin yang baik. Ada banyak orang di dunia yang tidak memiliki kekuatan moral dan keberanian untuk memegang prinsip tertentu kalau tidak ada yang memimpin mereka. Apabila ada seseorang yang cukup kuat untuk dapat diandalkan, maka mereka pun akan melakukan hal yang benar. Adalah tugas orang kristiani untuk menjadi terang yang membimbing orang-orang yang lemah dan kurang berani.

Terang seringkali dapat menjadi ‘terang tanda peringatan’. Peringatan macam apa? Peringatan untuk stop kalau ada bahaya di depan. Kadang-kadang tugas orang kristianilah untuk memperingatkan orang-orang. Suatu tugas yang sulit.
Orang Kristiani adalah terang yang dapat dilihat, terang yang memimpin dan terang yang menjadi tanda peringatan.





“Orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah” (Mat 5:15). Perumpamaan tentang pelita yang diletakkan di atas kaki dian juga dapat dibaca dalam Luk 11:33; Mrk 4:21 dan Luk 8:16. Mungkin sekali konstek asli adalah upaya para lawan Yesus untuk mencegah Dia – “sang Terang”, untuk memberitakan Kabar Baik. Tetapi pelita telah dinyalakan dan terang itu bercahaya, bukan untuk ditutupi kembali, tetapi untuk memberi terang kepada semua pihak. Ketiga penulis Injil menggunakan perumpamaan ini untuk konteks yang berbeda-beda.
Injil Matius telah mengkombinasikan perumpamaan tentang pelita ini (Mat 5:15) dengan ‘kota yang terletak di atas gunung (bukit)’ (Mat 5:14b). Mat 5:14b tidak mempunyai paralel dalam Injil sinoptik yang lain, tetapi ada ucapan Yesus yang yang mendekati dalam Oxyrhynchus Papyrus 1:7 = Injil Tomas 32 à Yesus berkata: sebuah kota yang terletak di atas sebuah bukit yang tinggi dan atas sebuah fondasi yang kokoh, tidak dapat direndahkan atau disembunyikan (Hendrickx, hal. 41). Dalam Injil Matius mau dikatakan bahwa ‘terang tidak dapat menjadi bukan terang’, tetapi kekuatannya untuk menerangi dapat diambil dengan menaruh pelita itu di bawah gantang, dengan demikian rumah itu tidak dapat diterangi. Akan tetapi kalau gantang itu dibalik dan dijadikan sebagai kaki dian, maka terang itu dapat berfungsi lagi dalam rumah sederhana orang-orang di Palestina di kala itu yang cuma mempunyai satu ruangan. Terang seperti ini tidak bisa untuk tidak kelihatan, seperti juga sebuah kota yang terletak di atas bukit (Mat 5:14b) tidak bisa untuk tidak kelihatan.
Orang-orang Eseni di Qumran menamakan diri mereka ‘anak-anak terang’, tetapi mereka hidup suci-suci sendiri dalam gua-gua; tidak bedanya dengan pelita yang ditutup dengan gantang. Sebaliknya, para murid Kristus harus membawa terang ke tengah-tengah dunia. Mereka harus menggenapi nubuat Hamba Yahwe yang harus membawa terang ke dunia kepada bangsa-bangsa (Yes 42:6; 49:6). Bagaimana Yesus bisa mengatakan ini dan mengapa penulis Injil Matius mencatatnya, apalagi dia sudah tahu bahwa Yesus adalah penggenapan nubuat itu? Karena bagi penulis Injil Matius, Yesus Kristus dan Gereja adalah satu tak terpisahkan. Kita harus selalu mengingat, bahwa Gereja adalah Sakramen Kristus ( Lumen Gentium, 1).




“Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga” (Mat 5:16). Pelita yang harus memberi terang pertama-tama adalah sebuah acuan pada ‘melakukan perbuatan yang baik’ (Mat 5:16). Siapa saja yang menolak atau gagal melakukan perbuatan yang baik adalah seperti seseorang yang menyalakan pelita, tetapi kemudian menyembunyikannya di bawah gantang. Akan tetapi mereka yang melakukan perbuatan-perbuatan yang baik, hanya akan menjadi terang apabila mereka melakukannya sedemikian rupa sehingga siapa saja yang melihat mereka akan merasa terpimpin untuk memuliakan Allah Bapa. Hal ini bertentangan sekali dengan sikap dari mereka yang tidak berniat untuk berfungsi sebagai terang dunia, tetapi hanya mau bersih-bersih sendiri atau murni-murni sendiri (lihat contoh orang-orang Eseni di atas). Kemuridan selalu tercermin pada fungsinya, yaitu melayani orang lain, melayani dunia manusia. Tanpa pelayanan seperti itu tidak ada kemuridan yang sejati.
Kemuliaan Allah ini dicapai tidak secara langsung, artinya melalui orang-orang, di depan merekalah perbuatan-perbuatan baik itu dilakukan. Ide yang sama dapat ditemukan baik dalam Perjanjian Lama (lihat Yes 45:14-15) maupun Perjanjian Baru (1Tes 4:12). Akan tetapi satu-satunya ayat paralel yang dekat adalah 1Ptr 2:12 à “Milikilah cara hidup yang baik di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya apabila mereka memfitnah kamu sebagai
Akan tetapi orang tidak boleh melakukan perbuatan-perbuatan baik agar supaya dapat dilihat oleh orang lain (lihat Mat 6:1, 16-18; 23:5, 28). Para murid harus hati-hati terhadap segala segala lagak-lagu yang sok gaya. Mereka harus setia dan Allah akan mengurus kemuliaan-Nya sendiri. Kalau dipahami sedemikian, maka Mat 5:16 tidak bertentangan dengan Mat 6:1-18. Dua nas tersebut berbicara mengenai dua macam masalah yang berbeda. Dalam Mat 5:16 penulis Injil mengingatkan pembaca akan bahayanya kalau terang seseorang itu tersembunyi, sedangkan dalam Mat 6:1-18 penulis Injil berbicara mengenai orang yang mencari kehebatan diri sendiri. Motif-lah yang membuat perbedaan: Kalau terang bercahaya untuk kemuliaan manusia, maka itu berarti soal lagak-lagu yang sok gaya demi kehebatan diri sendiri. Sebaliknya kalau terang bercahaya untuk kemuliaan Bapa surgawi, maka itu adalah kesalehan yang sejati.




Menjadi Garam dan Terang.
 adalah panggilan hidup orang percaya! Artinya orang percaya haruslah memilki peran dan fungsinya sebagai pengikut Kristus yang sejati dengan berpedoman pada ciri-ciri pengikut Kristus yang sejati yaitu orang percaya yang hidup dalam Hukum dan Aturan Tuhan dan menjalankannya dengan penuh kasih kepada Allah dan sesama. Itulah sebabnya Yesus dengan tegas menyatakan bahwa “Aku datang bukan untuk meniadakannya tetapi untuk menggenapinya” (ay. 17). Bahwa Yesus datang adalah untuk menggenapi Hukum dan AturanNya di dalam kasih yang Ia tunjukkan kepada kita. 

Sehingga bagaimana dengan kita saat ini yang menyatakan diri sebagai orang-orang Kristen yang percaya kepada Tuhan Yesus! Adakah kita telah memiliki ciri-ciri sebagai pengikut Kristus yang sejati? Dan apakah kita telah memiliki peran dan fungsi dalam hidup ini seperti ciri-ciri dari pengikut Kristus? Sebab ada banyak orang Kristen yang masih tetap hanya berdiri pada posisi hidup yang hanya selalu berusaha untuk memiliki ciri-ciri saja tetpi tidak pada tahap fungsi dan peran yaitu hidup kekristenan yang hanya sampai pada sikap pergi ibadah, berdoa dan memberikan persembahan namun tidak menunjukkan peran dan fungsinya sebagai garam dan terang yang sesungguhnya dalam kehidupannya sehari-hari. Itulah sebabnya Tuhan Yesus menyatakan “jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga” (ay.20). sia-sialah ciri-ciri keagamaan yang selama ini kita lakukan sebab .
apalah artnya garam tanpa rasa asin! Dan apalah artinya jika terang itu ditempatkan dibawah gantang?
 Itu adalah kesia-siaan. Marilah kita perbaharui keagamaan kita dengan menunjukkan peran kita kepada keluarga, masyarakat dan dunia. Ada slogan yang menyatakan
Think Globally”, Act Locally”
(berfikir global, bertindak lokal). Dengan tidakan sekecil apapun itu jika kita lakukan dengan sprit kepercayaan kepada Tuhan Yesus itulah berita Injil bagi dunia.
Apalah artinya Garam jika tidak memiliki Rasa
Apalah artinya Terang jika tidak digunakan untuk Menyinari
Apalah artinya Iman jika tidak berbuahkan Kasih dan Kebenaran
Apalah artinya Ibadah tanpa Pelayanan Kasih
(Yesaya 58: 1-9)
Artikel Terkait

















BAB IV
TERANG TERUS TERUS TERANG

4.1Apa Itu Terang
Terang adalah suatu simbol yang sangat kuat untuk kebaikan dan kebenaran, disebut pada awal kitab Kejadian 1:3, Berfimanlah Allah: “Jadilah terang.” Lalu terang itu jadi. Dan pada akhir kitab Wahyu 22:5, Malam pun tidak akan ada lagi di sana, dan mereka tidak memerlukan cahaya lampu dan cahaya matahari, sebab Tuhan Allah akan menerangi mereka, dan mereka akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya. Oleh sebab itu, Mazmur 119:105 mengatakan, “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.” Sedangkan menurut Yohanes 1:1, Firman itu adalah Allah , yang telah menjadi manusia, yaitu Anak Tunggal Bapa, Yohanes 1:14.
Allah Pencipta Terang
            Yeremia 31:35 memberi kesaksian, “Beginilah firman TUHAN, yang memberi matahari untuk menerangin siang, yang menetapkan bulan dan bintang-bintang untuk menerangi malam, yang mengharu biru laut, sehingga gelombang-gelombangnya ribut, - TUHAN semesta alam nama-Nya.”
Supaya orang tahu dari terbitnya matahari sampai terbenamnya, bahwa tidak ada yang lain di luar Aku. Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain, yang menjadikan terang dan menciptakan gelap, yang menjadikan nasib mujur dan menciptakan nasib malang; Akulah TUHAN yang membuat semuanya ini, Yesaya 45:6-7.
Nubuatan
            Dalam Kisah Para Rasul 26:23, Mesias telah dinubuatkan akan memberitakan terang kepada bangsa-bangsa, lebih kurang pada tahun 760 sM (Yesaya 42:6, 49:6). Sedangkan Kejadian 1:3-5, 14-18 adalah terang alamiah, ciptaan lama Allah, yang merupakan gambaran Yesus di Perjanjian Baru, yaitu terang yang sesungguhnya (alethinos, benar, sejati), yang menerangi (photizo, memberi penerangan [di dalam hati]) setiap manusia, Yohanes 1:9.
            Kedatangan Yohanes Pembaptis yang diutus (diutus dengan amanat khusus) oleh Allah sebagai saksi untuk bersaksi tentang terang itu, supaya melalui dia semua orang menjadi percaya. Ia sendiri bukan terang itu, tetapi ia harus bersaksi tentang terang itu, 1:6-8.


24
·         Suatu Paradoks
            Yohanes 3:19-21 mengatakan, “Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan (skotos, dosa, kejahatan) daripada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat (phaulos, buruk, salah, busuk). Sebab siapa saja yang berbuat jahat (prasoo, bertindak; berada dalam keadaan; mengerjakan; kebiasaan melakukan kejahatan), membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak tampak; tetapi siapa saja yang melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah.”


4.2 Bagaimana Respon Cahaya Itu

Kata Ibrani ʼohr dan kata Yunani fos memaksudkan sesuatu yang terpancar dari benda yang bersinar, seperti pelita (Yer 25:10) atau matahari; juga lawan kegelapan, secara harfiah dan kiasan. (Yes 5:20; Yoh 11:10, 11) Pada umumnya diyakini bahwa cahaya terdiri dari partikel-partikel energi yang mempunyai sifat-sifat gelombang. Akan tetapi, sampai hari ini manusia belum bisa memberikan jawaban lengkap atas pertanyaan yang dikemukakan lebih dari tiga milenium yang lalu oleh sang Pencipta terang, ”Di manakah jalan tempat terang menyebar?”—Ayb 38:24.
Cahaya matahari merupakan kombinasi banyak warna dan setiap warna mempunyai panjang gelombang yang berbeda. Warna sebuah benda ditentukan oleh bagian mana dari cahaya yang dipantulkan permukaan benda itu. Jadi, cahaya menyajikan warna-warni yang sedap dipandang mata. Cahaya juga vital bagi kelangsungan kehidupan di bumi—tanaman, hewan, dan manusia.
Terang dan Putra Allah. Sejak kebangkitan dan kenaikannya ke surga, Kristus Yesus, ”Raja atas mereka yang memerintah sebagai raja dan Tuan atas mereka yang memerintah sebagai tuan”, ”tinggal dalam terang yang tidak terhampiri”. Terang itu begitu gemilang sehingga mustahil bagi mata manusia yang lemah untuk melihat dia. (1Tim 6:15, 16) Seorang pria, Saul (Paulus) dari Tarsus yang menindas para pengikut Yesus, bahkan menjadi buta karena cahaya dari langit yang ia lihat sewaktu Putra Allah yang telah dimuliakan menyingkapkan dirinya kepada dia.—Kis 9:3-8; 22:6-11.

·         Berteman Dengan YESUS
Pernahkah kamu merasa hanya seorang diri di antara milyaran manusia di planet ini? Hmm, mungkin saja… tapi itu tidak berarti bahwa kamu tidak spesial bagi Allah. Allah menciptakan kamu unik, dan Dia punya rencana yang keren untuk hidupmu.
Sebenarnya, Allah menciptakan planet kita supaya kita semua punya hubungan dengan Dia; sebuah hubungan dimana kamu bisa sungguh-sungguh berbicara dengan Dia tentang apapun yang ada di pikiranmu.
25
Sekarang, mengenali Allah menjadi tujuan penting, karena ketika kamu kenal dengan Allah, pasti jadi lebih mudah untuk menghidupi rencanaNya dalam hidupmu. Tapi ada tantangannya –yeah, kamu pasti sudah bisa menduga… begini, Allah itu sempurna dan hidup di surga. Dan kita terpisah dari Dia, bukan karena Dia di surga dan kita di bumi, tetapi kita terpisah karena dosa. Dosa adalah ketika kamu melakukan kesalahan atau membuat pilihan yang buruk; pilihan yang berbeda dari apa yang Allah mau kamu lakukan.
Allah tahu satu-satunya cara untuk menghubungkan kita kembali dengan diriNya adalah dengan mengirim Yesus untuk menyelamatkan kita. Kitab Suci mengatakan “Allah menunjukkan kasihNya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita ketika kita masih berdosa.” (dari Roma 5:8).Jadi Yesus lahir lebih dari 2000 tahun yang lalu dan hidup tanpa dosa di bumi – sebuah kehidupan yang penuh dengan kasih, menyembuhkan orang sakit, membagikan hikmat dan kebenaran Allah kepada banyak orang. Karena hidupNya yang tanpa dosa itu, Yesus bisa memperbaiki hubungan kita dengan Allah. Yesus begitu mengasihi kita sehingga Dia mati di kayu salib untuk menanggung hukuman atas dosa-dosa kita dan hidup kembali 3 hari kemudian. Tindakan kasih terbesar inilah yang membuat jembatan antara kamu dan Allah.Yesus adalah jalan kepada kehidupan kekal dengan Allah. Menerima Yesus sebagai Juru Selamatmu akan mengawali hubunganmu dengan Allah di bumi, saat ini juga. Kitab Suci mengatakan, “… jika kamu mengaku dengan mulutmu “Yesus adalah junjungan yang ilahi” dan percaya dalam hatimu bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.” Untuk memulai hubungan ini dengan Allah, kamu perlu percaya dalam hatimu, dan berkata bahwa Yesus adalah junjunganmu. Jadi bagaimana menurutmu? Tidak rumit kan? Pilihan-pilihan kita yang buruk sudah memisahkan kita dari Allah. Yesus menghubungkan kita kembali dengan Allah. Kita hanya perlu berpaling dari pilihan-pilihan buruk kita dan berkata bahwa Yesus adalah Juru Selamat kita.Apakah kamu ingin terhubung kembali dengan Allah dan meminta Yesus menjadi sahabatmu saat ini?

4.3 Kudus Kristus

Akan ada masa, Tuhan Yesus memerintah sebagai raja selama 1000 tahun di muka bumi ini, namun hanya sedikit umat kristiani yang memperhatikannya dengan hidup terjaga. Jika dipertanyakan mengapa hanya sedikit? Karena sebagian besar orang kristen lebih menyukai mimpi di dalam tidur lelapnya memikirkan kehidupan makmur pada masa kini, dari pada menjadi berjaya di kemudian hari bersama Tuhan.Cerita tentang pemerintahan Tuhan Yesus, bukanlah kisah dongeng sebagai pengantar tidur manusia. Masa itu merupakan awal dari zaman baru. Barang siapa yang dapat masuk pada masa itu, akan memperoleh hak untuk hidup kekal dirinya tidak akan mengalami kematian yang ke dua (neraka).
Di kitab Wahyu tertulis demikian;
26
“Lalu aku melihat tahta-tahta dan orang-orang yang duduk di atasnya; kepada mereka diserahkan kuasa untuk menghakimi. Aku juga melihat jiwa-jiwa mereka, yang telah dipenggal kepalanya karena kesaksian tentang Yesus dank arena firman Allah; yang tidak menyembah binatang itu dan patungnya dan yang tidak juga menerima tandanya pada dahi dan tangan mereka dan mereka hidup kembali dan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Kristus untuk masa seribu tahun. TETAPI ORANG-ORANG MATI YANG LAIN TIDAK BANGKIT SEBELUM BERAKHIR MASA YANG SERIBU TAHUN INI, INILAH KEBANGKITAN PERTAMA. Berbahagialah dan KUDUS-LAH ia, yang mendapat bagian dalam KEBANGKITAN PERTAMA itu. KEMATIAN yang KEDUA tidak berkuasa lagi atas mereka, tetapi mereka akan menjadi imam-imam Allah dan Kristus, dan mereka akan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Dia, seribu tahun lamanya”. (Wahyu 20:4-6).
Oleh sebab itu, bagi orang percaya yang tidak mau mengalami kematian yang ke dua (Neraka), sudah sepantasnya ia memiliki tiket untuk dapat masuk ke dalam kehidupan di masa seribu tahun itu.  ‘Tiket’ yang dimaksud disini adalah kehidupan yang KUDUS, sama seperti Kristus. “Berbahagialah dan KUDUS-LAH ia, yang mendapat bagian dalam KEBANGKITAN PERTAMA itu. KEMATIAN yang KEDUA tidak berkuasa lagi atas mereka”.Yang menjadi pemikiran kita sekarang, bagaimana menjadi kudus?Sebelum menggali lebih jauh, bagaimana menjadi kudus! Sebaiknya kita telusuri terlebih dahulu letak kekudusan itu ada dimananya dari manusia? Ada tertulis;“Matamu adalah pelita tubuhmu. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu, tetapi jika matamu jahat, gelaplah tubuhmu. Karena itu perhatikanlah supaya terang yang ada padamu jangan menjadi kegelapan. Jika seluruh tubuhmu terang dan tidak ada bagian yang gelap, maka seluruhnya akan terang, sama seperti apabila pelita menerangi engkau dengan cahayanya”. (Lukas 11:33-36).


·         Allah Pencipta Terang
            Yeremia 31:35 memberi kesaksian, “Beginilah firman TUHAN, yang memberi matahari untuk menerangin siang, yang menetapkan bulan dan bintang-bintang untuk menerangi malam, yang mengharu biru laut, sehingga gelombang-gelombangnya ribut, - TUHAN semesta alam nama-Nya.”
Supaya orang tahu dari terbitnya matahari sampai terbenamnya, bahwa tidak ada yang lain di luar Aku. Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain, yang menjadikan terang dan menciptakan gelap, yang menjadikan nasib mujur dan menciptakan nasib malang; Akulah TUHAN yang membuat semuanya ini, Yesaya 45:6-7.
·         Nubuatan
            Dalam Kisah Para Rasul 26:23, Mesias telah dinubuatkan akan memberitakan terang kepada bangsa-bangsa, lebih kurang pada tahun 760 sM (Yesaya 42:6, 49:6). Sedangkan Kejadian 1:3-5, 14-18 adalah terang alamiah, ciptaan lama Allah, yang merupakan gambaran Yesus di Perjanjian Baru, yaitu terang yang sesungguhnya (alethinos, benar, sejati), yang menerangi (photizo, memberi penerangan [di dalam hati]) setiap manusia, Yohanes 1:9.
            Kedatangan Yohanes Pembaptis yang diutus (diutus dengan amanat khusus) oleh Allah sebagai saksi untuk bersaksi tentang terang itu, supaya melalui dia semua orang menjadi percaya. Ia sendiri bukan terang itu, tetapi ia harus bersaksi tentang terang itu, 1:6-8.


24
·         Suatu Paradoks
            Yohanes 3:19-21 mengatakan, “Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan (skotos, dosa, kejahatan) daripada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat (phaulos, buruk, salah, busuk). Sebab siapa saja yang berbuat jahat (prasoo, bertindak; berada dalam keadaan; mengerjakan; kebiasaan melakukan kejahatan), membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak tampak; tetapi siapa saja yang melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah.”


4.2 Bagaimana Respon Cahaya Itu

Kata Ibrani ʼohr dan kata Yunani fos memaksudkan sesuatu yang terpancar dari benda yang bersinar, seperti pelita (Yer 25:10) atau matahari; juga lawan kegelapan, secara harfiah dan kiasan. (Yes 5:20; Yoh 11:10, 11) Pada umumnya diyakini bahwa cahaya terdiri dari partikel-partikel energi yang mempunyai sifat-sifat gelombang. Akan tetapi, sampai hari ini manusia belum bisa memberikan jawaban lengkap atas pertanyaan yang dikemukakan lebih dari tiga milenium yang lalu oleh sang Pencipta terang, ”Di manakah jalan tempat terang menyebar?”—Ayb 38:24.
Cahaya matahari merupakan kombinasi banyak warna dan setiap warna mempunyai panjang gelombang yang berbeda. Warna sebuah benda ditentukan oleh bagian mana dari cahaya yang dipantulkan permukaan benda itu. Jadi, cahaya menyajikan warna-warni yang sedap dipandang mata. Cahaya juga vital bagi kelangsungan kehidupan di bumi—tanaman, hewan, dan manusia.
Terang dan Putra Allah. Sejak kebangkitan dan kenaikannya ke surga, Kristus Yesus, ”Raja atas mereka yang memerintah sebagai raja dan Tuan atas mereka yang memerintah sebagai tuan”, ”tinggal dalam terang yang tidak terhampiri”. Terang itu begitu gemilang sehingga mustahil bagi mata manusia yang lemah untuk melihat dia. (1Tim 6:15, 16) Seorang pria, Saul (Paulus) dari Tarsus yang menindas para pengikut Yesus, bahkan menjadi buta karena cahaya dari langit yang ia lihat sewaktu Putra Allah yang telah dimuliakan menyingkapkan dirinya kepada dia.—Kis 9:3-8; 22:6-11.

·         Berteman Dengan YESUS
Pernahkah kamu merasa hanya seorang diri di antara milyaran manusia di planet ini? Hmm, mungkin saja… tapi itu tidak berarti bahwa kamu tidak spesial bagi Allah. Allah menciptakan kamu unik, dan Dia punya rencana yang keren untuk hidupmu.
Sebenarnya, Allah menciptakan planet kita supaya kita semua punya hubungan dengan Dia; sebuah hubungan dimana kamu bisa sungguh-sungguh berbicara dengan Dia tentang apapun yang ada di pikiranmu.
25
Sekarang, mengenali Allah menjadi tujuan penting, karena ketika kamu kenal dengan Allah, pasti jadi lebih mudah untuk menghidupi rencanaNya dalam hidupmu. Tapi ada tantangannya –yeah, kamu pasti sudah bisa menduga… begini, Allah itu sempurna dan hidup di surga. Dan kita terpisah dari Dia, bukan karena Dia di surga dan kita di bumi, tetapi kita terpisah karena dosa. Dosa adalah ketika kamu melakukan kesalahan atau membuat pilihan yang buruk; pilihan yang berbeda dari apa yang Allah mau kamu lakukan.
Allah tahu satu-satunya cara untuk menghubungkan kita kembali dengan diriNya adalah dengan mengirim Yesus untuk menyelamatkan kita. Kitab Suci mengatakan “Allah menunjukkan kasihNya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita ketika kita masih berdosa.” (dari Roma 5:8).Jadi Yesus lahir lebih dari 2000 tahun yang lalu dan hidup tanpa dosa di bumi – sebuah kehidupan yang penuh dengan kasih, menyembuhkan orang sakit, membagikan hikmat dan kebenaran Allah kepada banyak orang. Karena hidupNya yang tanpa dosa itu, Yesus bisa memperbaiki hubungan kita dengan Allah. Yesus begitu mengasihi kita sehingga Dia mati di kayu salib untuk menanggung hukuman atas dosa-dosa kita dan hidup kembali 3 hari kemudian. Tindakan kasih terbesar inilah yang membuat jembatan antara kamu dan Allah.Yesus adalah jalan kepada kehidupan kekal dengan Allah. Menerima Yesus sebagai Juru Selamatmu akan mengawali hubunganmu dengan Allah di bumi, saat ini juga. Kitab Suci mengatakan, “… jika kamu mengaku dengan mulutmu “Yesus adalah junjungan yang ilahi” dan percaya dalam hatimu bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.” Untuk memulai hubungan ini dengan Allah, kamu perlu percaya dalam hatimu, dan berkata bahwa Yesus adalah junjunganmu. Jadi bagaimana menurutmu? Tidak rumit kan? Pilihan-pilihan kita yang buruk sudah memisahkan kita dari Allah. Yesus menghubungkan kita kembali dengan Allah. Kita hanya perlu berpaling dari pilihan-pilihan buruk kita dan berkata bahwa Yesus adalah Juru Selamat kita.Apakah kamu ingin terhubung kembali dengan Allah dan meminta Yesus menjadi sahabatmu saat ini?

4.3 Kudus Kristus

Akan ada masa, Tuhan Yesus memerintah sebagai raja selama 1000 tahun di muka bumi ini, namun hanya sedikit umat kristiani yang memperhatikannya dengan hidup terjaga. Jika dipertanyakan mengapa hanya sedikit? Karena sebagian besar orang kristen lebih menyukai mimpi di dalam tidur lelapnya memikirkan kehidupan makmur pada masa kini, dari pada menjadi berjaya di kemudian hari bersama Tuhan.Cerita tentang pemerintahan Tuhan Yesus, bukanlah kisah dongeng sebagai pengantar tidur manusia. Masa itu merupakan awal dari zaman baru. Barang siapa yang dapat masuk pada masa itu, akan memperoleh hak untuk hidup kekal dirinya tidak akan mengalami kematian yang ke dua (neraka).
Di kitab Wahyu tertulis demikian;
26
“Lalu aku melihat tahta-tahta dan orang-orang yang duduk di atasnya; kepada mereka diserahkan kuasa untuk menghakimi. Aku juga melihat jiwa-jiwa mereka, yang telah dipenggal kepalanya karena kesaksian tentang Yesus dank arena firman Allah; yang tidak menyembah binatang itu dan patungnya dan yang tidak juga menerima tandanya pada dahi dan tangan mereka dan mereka hidup kembali dan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Kristus untuk masa seribu tahun. TETAPI ORANG-ORANG MATI YANG LAIN TIDAK BANGKIT SEBELUM BERAKHIR MASA YANG SERIBU TAHUN INI, INILAH KEBANGKITAN PERTAMA. Berbahagialah dan KUDUS-LAH ia, yang mendapat bagian dalam KEBANGKITAN PERTAMA itu. KEMATIAN yang KEDUA tidak berkuasa lagi atas mereka, tetapi mereka akan menjadi imam-imam Allah dan Kristus, dan mereka akan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Dia, seribu tahun lamanya”. (Wahyu 20:4-6).
Oleh sebab itu, bagi orang percaya yang tidak mau mengalami kematian yang ke dua (Neraka), sudah sepantasnya ia memiliki tiket untuk dapat masuk ke dalam kehidupan di masa seribu tahun itu.  ‘Tiket’ yang dimaksud disini adalah kehidupan yang KUDUS, sama seperti Kristus. “Berbahagialah dan KUDUS-LAH ia, yang mendapat bagian dalam KEBANGKITAN PERTAMA itu. KEMATIAN yang KEDUA tidak berkuasa lagi atas mereka”.Yang menjadi pemikiran kita sekarang, bagaimana menjadi kudus?Sebelum menggali lebih jauh, bagaimana menjadi kudus! Sebaiknya kita telusuri terlebih dahulu letak kekudusan itu ada dimananya dari manusia? Ada tertulis;“Matamu adalah pelita tubuhmu. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu, tetapi jika matamu jahat, gelaplah tubuhmu. Karena itu perhatikanlah supaya terang yang ada padamu jangan menjadi kegelapan. Jika seluruh tubuhmu terang dan tidak ada bagian yang gelap, maka seluruhnya akan terang, sama seperti apabila pelita menerangi engkau dengan cahayanya”. (Lukas 11:33-36).







BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
Di zaman kita ini juga ada banyak orang terbuang, lelah, jenuh dengan yang namanya agama dan sebenarnya jauh di lubuk hati mereka, mereka muak dengan agama karena para pemimpin agama mereka (bukan tidak cerdas dan pandai dalam berkata-kata) tapi karena punya hidup yang tidak konsisten dan tidak manunggal.  Inilah kebutuhan zaman ini teman-teman: dibutuhkan orang-orang yang mengasihi Tuhan dengan segenap hatinya, segenap kekuatannya dan segenap hidupnya.  Bukan hanya lewat pelayanan dan aktifitas-aktifitas rohani serta Etika Kristen ia tampil saleh tapi dalam seluruh aspek kehidupannyaia benar-benar memancarkan kasih Tuhan itu.   
Inilah kondisi riil yang melatarbelakangi tuntutan kita sebagai umat Allah untuk menjadi garam dan terang dunia.  Mengapa?  Karena dunia dipenuhi oleh orang-orang yang hanya pandai meneriakkan jargon-jargon rohani tanpa aksi-aksi yang konkret.  Dunia dipenuhi orang-orang yang punya standar hidup ganda: di pelayanan dan Gereja dia begitu saleh, tapi di bangku kuliah, di rumah orang tuanya dan di tempat kostnya, ia hidup tidak bedanya seperti orang-orang kafir yang tidak tau Etika Kristen yang seharusnya melandasi setiap perbuatannya.  Dan saat melihat semua ini, kami menyimpulkan bahwa dunia seperti ini adalah dunia yang sangat gelap.  Tapi yang menarik Galatia 4:4 mengatakan bahwa dalam “setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya. . . “  Setelah genap waktunya tentu bicara soal waktu yang tepat menurut Allah.  Tapi bukankah saat itu dunia ada dalam kegelapan dan tanpa pengharapan dan ada berbagai risiko yang mengancam orang-orang yang berani hidup berbeda?  Tapi inilah waktu yang tepat menurut Allah.  Mengapa?  Karena dunia seperti ini haus menantikan orang-orang yang benar-benar tulus dan murni di hadapan Allah, serta membutuhkan orang-orang yang harusnya menjadi pelopor Etika Kristen dalan kehidupan kita.






     
PELAJAR MAHASISWA TOLIKARA NAWI ARIGI PAPUA


(anak jalanan papua tiggal jayapura distrik Abepura Kelurahan Wahno Rt 01 Rw 02 Kampung Horas )

DISUSUN OLEH
NAMA WIRO YIKWA
NPM 201412001
JURUSAN TEKNIK KOMPUTER
SEKOLAH TINGGI ILMU KOMPUTER INFORMATIKA MANAJEMEN D3
STIMIK SEPULUH NOPEMBER JAYAPURA
LEMBAR PENGESAHAN
NAMA PENGURUAN : STIMIK SEPULUH NOPEBER JAYAPURA
NAMA PESERTA : WIRO YIKWA
NPN : 201412001
PROGRAM STUDY : TEKNIK KOPUTER
PENGARUH TENTANG PENGALAMAN KAMI DI KAMPUS MAUPUNG RUMAH KOST KZA KAMI ( CERITAKAN)
Di stimik sepnop jayapura
Kabupaten jayapura
Provinsi Papua
Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti Pendidikan Sistem Jalanan ke kampus
TahunAjaran 2014/2015 sekolah peguruan tinggi ilmu manajemen informatika dan computer DIII (Dettiga).
Pembimbing I (Ekstern)
WIRO YIKWA ST.KOM
NIP. 197402102006052001
Pembimbing II (Intern)
JITEMULI WAKUR , ST IMK
NIP : 198211142010041001
Mengetahui
Kepalareksor stimik sepuluh nopeber
PAINUS YIKWA, A.Md.Pert
NIP. 197507142010011012

Bab I
PENDAHULUAN
i.i. latar belakang
saya sebagai anak jalanan saya seumur 17 tahun anak jalanan apa yang saya lakukan di merantau negri ji orang sian dan malam saya lakukan tidak baik punya maka saya terpaksa datang kepada kalian semua. Baik trimakasi atas waktu birikan kepada an saya minta trimakasi banyak-banyaknya saya sewaktu tahun ajaran 2014 bulang juni juli saya daftar onile kuliah stimik sepuluh nopeber jayapura melalui jurusan teknik computer kaka saya bernama musa lanny luar biasa kalo kaka saya musa tida ada saya tidak mukin kuliah disini tapi kaka saya suda ada jadii kaka saya mendaftar saya kuliah disana sekarang kaka saya tidak melepaskan saya kaka saya tigal timika papua saya tigal di kost nya orang wamena asli marga elopere agama muslim orang papua kulit itam saya bermain dengan dia tapi satu hari kemudian pace elopere menghina saya maka saya terpaksa keluar dari kost nya disitu duah hari saya tidak tampa makan minum saya bertahan di kampus stimik sepnop jayapura maka pace dosen satu dia Bernama pak Jim Loho mengatakan bawah ade wiro lagi ngakpaen Tidur di kampus dia kastau saya begitu pada hari sabtu jam 2.00 wit dosen kastau begitu maka saya bilang begini a tidak bapa saya bisa kerumah kost tapi pace yang punya rumah kos menghina saya maka saya terpaksa keluar jadiii sementara saya cari kost saya tidur saya disi bapa saya bilang begitu bapa dosen bilang sya ade wiro ikut saya kita cari kost saya ikut pace dosen pak jim loho antara jam 7 mlm kami keluar dari Kampus stimik sepnop jyapura polimak kita jalan keruma dia di dok dua jayapura beginni saya lihat rumah nya bapa bapa suru saya jaga ruma itu tapi kaka saya tidak kastau jadi saya berpikir dua kali lipat di dok dua sana.
S
EWAKTU KELAPARAN NAIK
Saya dengan teman yikwanak satu kami ke kampus stimik sepnop kota studi jayapura provinsi papua kami dua dari klasis por numbay kotaraja luar di otonom Kelurahan wahno Rt 01 Rw 02 Kampung Horas Kami berangkat Ke kampus kami dari otonom kami dua Estar jam 03 sore kami tiba di Polimak Jam 7 malam kami dua tidak makan hanya kami minum Air Puti Dua dua glass kami isi di dalam tas truss kami dua pikul baru kami dua jalan kesana kami dua lupa baru ngak minum lagi truss ngak makan lagi kami dua waktu itu tidak punya uang hakhirnya kami terpaksa tidur kampus Di kampus saya uda diluan tidur truss teman saya yaga saya satu truss temansaya tidur satu jam lagi saya jaga dia truss dari situ saya mimpi asyik sekali maka saya terpaksa keluar di depan kampus maka saya ketemu bapak lukass Dia terpaksa trung dari mobil avanza itam dia Tanya saya ngak pain ade suda malam baru masii di kampus dia Tanya saya begitu maka saya m bilang pak Lukas a tidak bapak sebenarnya saya mu pulang kotaraja tapi tidak punya uang ongkoss roda embat saya kastau begitu pak Lukas kasi saya uang 100.000 ribu pake itu saya dan teman yikwanak kami pake itu keruma.
Temakasih atas perahatian di blog ini saya menulis atau menceritakan di atas ini adalah tentang pengalaman saya dan teman-teman di yikwanak kogoyanak yang kami sudah di lewatkan.




1 komentar:

KOGOYANAK WIRO

PERMOHONAN BANTUAN DANA

PERMOHONAN BANTUAN BIAYA STUDI DAN PROPOSAL DISUSUN   OLEH NAMA                        :   MAITON KOGOYA ...